-->

Ads 720 x 90

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PERKANTORAN


A.      Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap mesin, orang, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cedera. Kesehatan kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi karyawan disemua jabatan.

B.      Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran
Tujuan umumnya adalah untuk mewujudkan karyawan sehat, aman dan nyaman demi terwujudnya keryawan sehat, selamat, bugar, berkinerja, dan produktif. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, tujuan K3 adalah:
1.    Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat,
2.       Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai secara efektif dan efisien
3.       Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun
Menurut mangkunegara. Tujuan K3 adalah:
1.     Karyawan dapat menjamin keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial maupun psikologis
2.       Perlengkapan dan peralatan kerja di gunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin
3.       Semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4.       Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai
5.       Meningkatkan seserasian dan partisipasi kerja para pegawai
6.       Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja
7.       Setiap karyawan merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

C.      Alasan Perlunya K3 Perkantoran
1.     Alasan moral, alasan ini berkaitan dengan kemanusiaan, maksudnya setiap karyawan apapun latar belakangnya merupakan mahluk sosial yang harus dijaga keamanan dan keselamatnnya karena ikatan moral
2.     Alasan hukum, alasan ini berkaitan dengan keharusan perusahaan untuk mematuhi atau tunduk terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Alasan ekonomi, adanya program K3 yag dilaksanakan perusahana akan memberikan keuntungan secara ekonomi bagi perusahaan , mkasudnya adalah bila perusahaan abai terhadap K3 maka potensi gangguan keamanan dan kecelakaan kerja akan semakin tinggi yang berarti perusahaan akan mengeluarkan biaya yang tinggi untuk menanggulangi gangguan tersebut.

D.      Kebijakan K3 Perkantoran
1.   Menyediakan tempat dan suasana kerja kerja yang aman dan nyaman untuk pekerja
2.  Mengupayakan pengurangan terjadinya kecelakaan, korban manusia, dan menghindari penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan serta kondisi kerja
3.  Mengembangkan rasa tanggungjawab pada setiap karyawan terhadap keselamatan sendiri atau teman
4.  Menyediakan prosedur dasar yang mencakup semua aspek keselamatan kerja, khususnya yang berhubungan dengan cara-cara produksi dan penggunaan alat-alat produksi
5.    Melatih karyawan agar terampil melaksanakan pekerjaan secara aman.
6.   Menyediaka tenaga bantuan medis bila terdapat korban manusia untuk mengurangi penderitaan, mempercepat penyembuhan, dan melaksanakan rehabilitasi selanjutnya
7.   Menyelelidiki ppenyebab kecelakaan, baik kecelakaan yang memakan korban maupun tidak 

E.       Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perkantoran
Kecelakaan kerja adalah kejadian tak terduga, tak diharapkan, dan tidak terencana yang mengakibatkan cedera/kesakitan atau kematian pada manusia serta kerugian terhadap barang maupun lingkungan.
1.       Klasifikasi kecelakaan kerja
a.       Menurut jenis kecelakaannya
v  Terjatuh
v  Tertimpa benda jatuh
v  Tertumbuk atau terkena benda kecuali benda jatuh
v  Terjepit oleh benda
v  Gerakan yang melebihi kemampuan
v  Pengaruh suhu tinggi
v  Terkena arus listrik
v  Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi
b.       Menurut penyebab
v  Disebabkan oleh mesin
v  Disebabkan oleh alat angkut
v  Disebabkan oleh peralatan lain
v  Disebabkan material atau bahan baku
v  Disebabkan oleh lingkungan kerja
v  Disebabkan oleh hewan
c.       Menurut sifat luka
v  Patah tulang
v  Keseleo
v  Regang otot atau urat
v  Memar atau luka lain
v  Amputasi
v  Luka-luka lain
v  Remuk tulang dll
d.       Menurut letak kelainan
v  Kepala
v  Leher
v  Badan
v  Anggota atas
v  Anggota bawah
v  Anggota bawah dll
2.       Penyebab kecelakaan Kerja
a.       Faktor manusia
Adalah kecelakaan keeja yang disebabkan oleh faktor manusia (human eror). Keadaan ini mencakup sikap, Sifat,pengetahuan dan keterampilan manusia.
1)    Sifat fisik dan mental manusia yang kurang baik. Misalnya manusia memiliki sifat fisik yang kurang seperti rabun yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja.
2)  Sikap karyawan, maksudnya sikap karyawan yang kurang baik seperti kurang perhatian, malas, kurang teliti, ceroboh dll.
3)      Pengetahuan dan keterampilan, maksudnya pengetahuan dan keterampilan pegawai yang kurang  yang brakibat pada tindakan yang tidak sesuai.
b.       Faktor mesin dan alat kerja
Penggunaan mesin dan alat kerja dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Seorang pegawai jika tidak menguasai mesin dan alat kerja tentu akan sangat berbahaya.
c.       Faktor lingkungan kerja
Adalah tempat dimana pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman dan membahayakan. Faktor lingkungan meliputi faktor fisik dan faktor rohani. Faktor lingkungan fisik yang dapat membahayakan pegawai diantaranya:
1)      Ketidakteraturan peralatan dan perlengkapan kerja
2)      Gedung dan ruang kerja yang tidak standar
3)      Pencahayaan yang kurang baik
4)      Sirkulasi udara  yang kurang baik
5)      Pemeliharaan lingkungan seperti kebersihan yang kurang baik
d.       Kerugian kecelakaan kerja
1)      Hilangnya waktu karyawan yang terluka
2)    Hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena rasa ingin tahu, rasa simpati, membantu menolong karyawan yang terluka
3)      Hilangnya waktu bagi para mandor
4)     Penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan pertama dan staf departemen rumah sakit
5)      Rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya karena tercemarnya bahan-bahan baku
6)   Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain  yang serupa.
7)      Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan
8)      Hilangnya kesempatan memperoleh laba

Risiko dan Bahaya di Tempat Kerja
Risiko dan bahaya ditempat kerja dikelompokan menjadi 4 kategori:
A.     Kategori A
1.     Bahaya bahan kimia
Penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan bersifat racun dapat sangat membahayakan tubuh karena dapat merusak organ tubuh. Bahan kimia tersebut bisa berbentuk gas, debu, zat padat, cair, asapmaupun kabut. Bahan-bahan ini dapat masuk kedalam tubuh melalui tiga cara yaitu menhirup, mencerna, dan penyerapan melalui kulit.
2.     Bahaya faktor biologi
Faktor biologi itu seperti virus, penyakit, binatang bakteri dan lain sebaginya.
3.     Bahaya faktor fisik
Faktor fisik yang menyebabkan bahaya bagi karyawan antara lain kebisingan, penerangan, getara, iklim kerja, gelombang mikro, dan sinar ultra Violet.
4.      Bahaya faktor ergonomi dan pengaturan kerja
Prinsif ergonomi adalah mencocokan pekerjaan untuk pekerja. Maksud adanya pengaturan ergonomi saat bekerja adalah untuk menjaga kesehatan karyawan.
B.      Kategori B
Adalah potensi bahaya yang menimbulkan risiko langsung pada keselamatan.
1.      Keselamatan Listrik
Potensi bahaya listrik meliputi bahaya kejut listrik, panas yang ditimbulkan oleh energi listrik, medan listrik.
2.      Kebakaran
Kebakaran dapat dilakukan dengan:
·         Pengendalian setiap bentuk energi
·         Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
·         Pengendalian penyebaran asap. Dll
·         Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
3.     Keselamatan kerja pada pesawat /peralatan/permesinan produksi
Peralatan seperti palu, gergaji tangan, obeng dll merupakan peralatan yang memiliki potensi bahaya apabila pemakaiannya tidak sesuai dengan prosedurnya.
4.     Pemeliharaan tempat kerja
Tempat kerja yang baik harus terpelihara dan bebas dari kotoran, debu, dan asap akan meningkatkan kualitas, produktifits, mengurangi risiko kesalahan mesin dan kebakaran serta membuat tempat kerja lebih aman dan sehat.
C.     Kategori C
Adalah risiko yang disebabkan karenan diabaikannya fasilitas ditempat kerja yang mamadai seperti air minum yang bersih, toilet, sabun dan air untuk mencuci dan tempat untuk makan dan istirahat.
1.       Air Minum
Air minum sangat penting bagi tubuh. Ketika tubuh kekurangan air minum dapat menyebabkan dehidrasi bagi tubuh yang mampu mengakibatkan pingsan, lelah, keram, dan gangguan kesehatan jangka panjang
2.       Toilet dan fasilitas mencuci
3.       Ruang makan atau kantin
4.       Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K dan pelayanan kesehatan ditempat kerja)
5.    Fasilitas tambahan untuk kesehatan tenaga kerja seperti pakaian kerja, fasilitas rekreasi dan ruang istirahat, dan transportasi dari dan ke tempat kerja.
D.     Kategori D
Adalah risiko dan bahaya yang mengancam keselamatan fisik dan termasuk melindungi kesejahteraan diri, martabat dan mental pekerja

Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran
1.     Konstruksi Gedung
Hal yang harus diperhatikan saat membuat konstruksi gedung yakni:
a.       Desain arsitektur yang memperhatikan aspek K3
b.       Menggunakan material-material yang aman bagi pekerja
c.       Dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya, misal menyesuaikan warna sesuai kebutuhan
d.       Tanda khusus dengan pewarn akontras atau kode khusus.
2.     Jaringan Listrik dan Komunikasi
Hal yang harus diperhatikan untuk Jaringan Listrik dan Komunikasi:
a.       Penggunaan central Stabilizer untuk menghindari over/under voltage
b.       Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan
c.       Penggunaan tata letak jaringan instalasi listrik sesuai dengan syarat K3
d.       Perlindungan terhadap kbel dengan menggunakan pipa pelindung
3.     Kualitas cahaya
Hal yang harus diperhatikan untuk Kualitas cahaya
a.       Menggunakan sistem pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
b.       Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi, dll
c.       Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi cahaya, agar mata tidak cepat lelah
d.       Perecanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan pencahayaan dalam ruang
e.       Penggunaan tirai untuk pencahayaan cahaya dengan memperhatikan warna yang digunakan
f.        Penggunaan emergency lamp disetiap tangga
4.      Kebisingan
Hal yang harus diperhatikan untuk Kebisingan
a.       Ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara
b.       Didepan pintu ruang rapat diberi tanda “harap tenang, ada rapat”
c.       Dinding isolator khusus untuk ruang genset
d.       Hal-hal lainnya sudah termasuk untuk perencanaan konstruksi gedung dan tata ruang
5.      Tata ruang dan alat
Hal yang harus diperhatikan untuk Tata ruang dan alat
a.       Konsep desain dan tata letak furniture dengan memberi ruang bagi 1 orang pekerja seluas 2m2
b.       Rasio ruang pekerja dengan alat kerja mulai dari tahap perencanaan
c.       Menyediakan tempat solat dan istirahat
d.       Melengkapi pantry dengan lemari dapur
e.       Menyediaka ruang penampungan arsip sementara.
6.     Kualitas udara
Hal yang harus diperhatikan untuk  kualitas udara
a.       Mengontrol tempertaur ruangan dengan memasang termometer ruangan
b.       Mengontrol polusi
c.       Memasang exhaust fan
d.       Memasang stiker, poster “dilarang merokok”
e.       Memperhatikan sistem ventilasi
f.        Merencanakan pembuatan jendela
g.       Memasang fan didalam lift.
7.      Higienitas dan sanitasi
a.       Ruang kerja harus senantiasa bersih
b.       Tolilet harus sesuai dengan standar perlengkapan yang ada
c.       Kantin harus sesuai dengan standar
8.       Psikososial
Hal yang harus diperhatikan yang berhubungan dengan psikososial
a.       Menyediaka petugas keamanan disetiap lantai
b.       Melakukan reporting system ke satuan pengamanan
c.       Menggalakan olahraga setiap jumat
d.       Olahraga ditempat kerja, sebelum memulai kerja
e.       Penegakan disiplin disetiap kerja
f.        Pe,binaan mental dan spiritual secara berkala minimal sebulan sekali
9.       Pemeliharaan
Cara melakukan pemeliharaan yaitu:
a.       Melakukan survei setiap bulan atau triwulan atau semester
b.       Melakukan perbaikan apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan
c.       Pelatihan tanggap darurat sesuai periodik bagi karyawan
d.       Pelatihan investigasi terhadap komunikasi bahaya bom, kebakaran, bencana alam, serta pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.
10.   K3 perkantoran penggunaan komputer
Harus memperhatikan beberapa aspek berikut ini:
a.       Mengistirahatkan tubuh
b.       Mengistirahatkan mata
c.       Memanfaatkan kesepuluh jari
d.       Menggunakan komputer secara bijak
e.       Senam waktu istirahat
f.        Kursi yang ergonomis
g.       Melakukan penerngan
h. memperhatikan sudut lampu

ERGONOMI KANTOR

1.   Pengertian Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.

Dengan adaanya penerapan sistem ergonomi dalam bekerja tersebut diharapkan para pekerjaan merasa aman dan nyaman sehingga tidak mudah membuat kesalahan dalam melakukan pekerjaannya

 

2.       Penerapan Ergonomi Pada Tata Letak Fasilitas Kantor

Penerapan ergonomi adalah menerapkan atau mengaplikasikan sistem ergonomi (perilaku kerja manusiayang benar) dilingkungan kerja. Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja, antara lain dimulai posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja dan cara pengangkatan beban.

a.  Posisi kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengamn berat tubuh dan posisi stabil selama bekerj. Sedngkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

b.  Proses kerja, para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran kerjanya.

c.      Tata letak tempat kerja, display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

d.      Mengangkat beban.

 

3.       Penerapan Ergonomi Pada Tata Letak Fasilitas

Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu guna menunjang kelancaran kerja. Tata letak fasilitas ini merupakan bagian dari perancangan fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Aturan atau logika pengaturan dapat berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak.

Aturan atau logika pengaturan yang dimaksud yaitu dengan penerapan sistem ergonomi. Penerapan sistem ergonomi ini penting diterapkan karena ditujukan untuk lebih memanfaatkan area yang ada, mempermudah segala aktivitas disekitarnya, serta memberikan jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja, yang kemudian akan mempengaruhi hasil dari kinerja pekerja tersebut.

Maka tak heran bila disetiap perusahaan atau pabrik, merencanakan tata letak fasilitas bagi para pekerjanya. Namun tentu saja perencanaan desain tata letak ini harus mempertimbangkan beberapa hal untuk dapat mencapai:

·         Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.

·         Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.

·         Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.

·         Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.

·         Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu diubah).

Semakin lama, desain tata letak perlu dipandang sebagai sesuatu yang dinamis. Hal ini berarti tata letak haruslah mempertimbangakan peralatan yang kecil, mudah dipindahkan, dan fleksibel. Misalnya mengenai penempatan mesin pada tempat yang terbaik (dalam pengaturan produksi), kantor dan meja-meja (pada pengaturan kantor) atau pusat pelayanan, yaitu meja-meja atau rak-rak (dalam pengaturan rumah sakit atau department store) dan lainnya. Rak pajangan di toko harus dapat dipindahkan, meja kantor dan partisi yang modular, dan rak di gudang dibuat di pabrik (tinggal pasang). Agar dapat mengatasi perubahan model produk secara cepat dan mudah, dan masih dalam tingkat produksi yang memadai, manajer operasi harus memberikan fleksibilitas dalam desain tata letak. Untuk mendapatkan fleksibilitas dalam tata letak, para manajer melatih pekerja mereka untuk bisa merawat peralatan, menjaga investasi tetap rendah, menempatkan sel kerja secara berdekatan, dan menggunakan peralatan yang kecil dan mudah dipindahkan.

Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi di dalam dan antar-wilayah. Untuk mencapai tujuan ini, beragam pendekatan telah dikembangkan. Di antara pendekatan tersebut, akan dibahas enam pendekatan tata letak:

·       Tata letak dengan posisi tetap – memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.

·   Tata letak yang berorientasi pada proses – berhubungan dengan produksi dengan volume rendah, dan bervariasi tinggi (juga disebut sebagai “job shop”, atau produksi terputus).

·    Tata letak kantor – menempatkan para pekerja, peralatan mereka, dan ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi.

·         Tata letak ritel – menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.

·       Tata letak gudang – melihat kelebihan dan kekurangan antara ruangan dan sistem penanganan bahan.

·         Tata letak yang berorientasi pada produk – mencari utilisasi karyawan dan mesin yang paling baik dalam produksi yang kontinu atau berulang.

Oleh karena hanya beberapa dari keenam golongan ini yang dapat dimodelkan secara matematis, tata letak dan desain dari fasilitas fisik masih merupakan sebuah seni. Walaupun demikian, telah diketahui bahwa sebuah tata letak yang baik perlu menetapkan beberapa hal berikut:

·       Peralatan penanganan bahan. Manajer harus memutuskan peralatan yang akan digunakan para pekerjanya.

·        Kapasitas dan persyaratan luas ruang. Desain tata letak dan penyediaan ruangan hanya dapat dilakukan saat persyaratan jumlah pekerja, mesin dan peralatan diketahui. Manajemen juga harus mempertimbangkan kelonggaran yang diisyaratkan sebagai keamanan yang mengatasi beberapa masalah.

·    Lingkungan hidup dan estetika. Pemikiran mengenai tata letak sering membutuhkan keputusan mengenai jendela, tanaman, dan tinggi partisi untuk memfasilitasi aliran udara, mengurangi kebisingan, menyediakan keleluasaan pribadi, dan sebagainya.

·   Aliran informasi. Komunikasi sangat penting bagi setiap perusahaan dan harus dapat difasilitasi oleh tata letak. Permasalahan ini mungkin membutuhkan keputusan tentang jarak, juga keputusan akankan dibuat kantor pada ruangan terbuka menggunakan pembatas setengah badan atau kantor yang memberi keleluasaan pribadi.

 

4.   Akibat Tidak Menerapkan Sistem Ergonomi Pada Tata Letak Fasilitas

Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas tentu akan menimbulkan beberapa manfaat yang menunjang kepentingan pekerja maupun perusahaan atau pabrik tempat kerjanya. Begitu pula sebaliknya, sistem ergonomi yang tidak diterapkan akan menimbulkan beberapa akibat negatif, yang kemudian dapat menimbulkan penurunan produktivitas kerja. Akibat yang dimaksud yaitu seperti :

a.       Kejenuhan Pada Pekerja

karena kondisi ruang yang sama. Dimana seluruh fasilitasnya, seperti komputer, meja, lemari, atau Kejenuhan termasuk kelelahan secara psikis. Kejenuhan pada pekerja ini dapat muncul lainnya berada diposisi yang sama. Hal ini akan memberikan kebosanan/kejenuhan tersendiri bagi pekerja yang berada diruangan tersebut. Padahal agar sel-sel otak bisa bekerja dengan giat, kita membutuhkan ruang kerja yang nyaman, memiliki privasi, sekaligus inspiratif.

b.       Kelelahan

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya pasti terjadi
kelelahan, apa lagi didukung tata letak fasilitas kerja yang tidak menerapkan sistem ergonomi. Kelelahan yang dimaksud disini adalah kelelahan dari segi fisik.

c.       Timbul Penyakit Akibat Kerja

Para pekerja yang sudah merasakan kelelahan, namun tidak melakukan upaya untuk kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahannya itu, maka sudah dipastikan penyakit akibat kerjapun akan muncul. Contohnya seperti para pekerja yang terus-terusan berada di depan komputer, maka tidak menutup kemungkinan penglihatannya akan terganggu.

d.       Kematian

Kematian merupakan dampak yang paling fatal, hal ini tentu bisa terjadi hanya karena tata letak yang salah di lingkungan kerja. Misalnya bila tata letak mesin pengepres tidak sesuai prosedur dan kaidah ergonomi, maka berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa.


Related Posts

Posting Komentar

Penulis: Nisa Tulus Rahayu


Alamat : Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
"Terimakasih sudah mempelajari materi yang ibu sampaikan di web ini, semoga bermanfaa "
Subscribe Our Newsletter