Keselamatan kerja adalah pengawasan
terhadap mesin, orang, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar
pekerja tidak mengalami cedera. Kesehatan kerja adalah upaya peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi karyawan disemua
jabatan.
Tujuan umumnya adalah untuk mewujudkan karyawan sehat,
aman dan nyaman demi terwujudnya keryawan sehat, selamat, bugar, berkinerja,
dan produktif. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
tujuan K3 adalah:
Menurut mangkunegara. Tujuan K3 adalah:
Kecelakaan kerja adalah kejadian
tak terduga, tak diharapkan, dan tidak terencana yang mengakibatkan
cedera/kesakitan atau kematian pada manusia serta kerugian terhadap barang
maupun lingkungan.
c.
Menurut sifat luka
v
Patah tulang
v
Keseleo
v
Regang otot atau urat
v
Memar atau luka lain
v
Amputasi
v
Luka-luka lain
v
Remuk tulang dll
d.
Menurut letak kelainan
v
Kepala
v
Leher
v
Badan
v
Anggota atas
v
Anggota bawah
v
Anggota bawah dll
2.
Penyebab kecelakaan Kerja
a.
Faktor manusia
Adalah kecelakaan keeja yang disebabkan oleh faktor
manusia (human eror). Keadaan ini mencakup sikap, Sifat,pengetahuan dan
keterampilan manusia.
1) Sifat fisik dan mental manusia yang kurang baik.
Misalnya manusia memiliki sifat fisik yang kurang seperti rabun yang bisa menyebabkan
kecelakaan kerja.
2) Sikap karyawan, maksudnya sikap karyawan yang
kurang baik seperti kurang perhatian, malas, kurang teliti, ceroboh dll.
3)
Pengetahuan dan keterampilan, maksudnya
pengetahuan dan keterampilan pegawai yang kurang yang brakibat pada tindakan yang tidak sesuai.
b.
Faktor mesin dan alat kerja
Penggunaan mesin dan alat kerja dapat menjadi penyebab
kecelakaan kerja. Seorang pegawai jika tidak menguasai mesin dan alat kerja
tentu akan sangat berbahaya.
c.
Faktor lingkungan kerja
Adalah tempat dimana pekerja melakukan pekerjaan yang
tidak aman dan membahayakan. Faktor lingkungan meliputi faktor fisik dan faktor
rohani. Faktor lingkungan fisik yang dapat membahayakan pegawai diantaranya:
1)
Ketidakteraturan peralatan dan perlengkapan
kerja
2)
Gedung dan ruang kerja yang tidak standar
3)
Pencahayaan yang kurang baik
4)
Sirkulasi udara
yang kurang baik
5)
Pemeliharaan lingkungan seperti kebersihan yang
kurang baik
d.
Kerugian kecelakaan kerja
1)
Hilangnya waktu karyawan yang terluka
2) Hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti
bekerja karena rasa ingin tahu, rasa simpati, membantu menolong karyawan yang
terluka
3)
Hilangnya waktu bagi para mandor
4) Penggunaan waktu dari petugas pemberi
pertolongan pertama dan staf departemen rumah sakit
5)
Rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya
karena tercemarnya bahan-bahan baku
6) Kerugian insidental akibat terganggunya produksi,
kegagalan memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda
ataupun akibat-akibat lain yang serupa.
7)
Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan
dan maslahat bagi karyawan
8)
Hilangnya kesempatan memperoleh laba
Risiko
dan Bahaya di Tempat Kerja
Risiko dan
bahaya ditempat kerja dikelompokan menjadi 4 kategori:
A.
Kategori
A
1. Bahaya
bahan kimia
Penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan bersifat racun dapat sangat membahayakan tubuh karena dapat
merusak organ tubuh. Bahan kimia tersebut bisa berbentuk gas, debu, zat padat,
cair, asapmaupun kabut. Bahan-bahan ini dapat masuk kedalam tubuh melalui tiga
cara yaitu menhirup, mencerna, dan penyerapan melalui kulit.
2. Bahaya
faktor biologi
Faktor biologi itu
seperti virus, penyakit, binatang bakteri dan lain sebaginya.
3. Bahaya
faktor fisik
Faktor fisik yang
menyebabkan bahaya bagi karyawan antara lain kebisingan, penerangan, getara,
iklim kerja, gelombang mikro, dan sinar ultra Violet.
4. Bahaya
faktor ergonomi dan pengaturan kerja
Prinsif ergonomi adalah
mencocokan pekerjaan untuk pekerja. Maksud adanya pengaturan ergonomi saat
bekerja adalah untuk menjaga kesehatan karyawan.
B.
Kategori
B
Adalah potensi bahaya
yang menimbulkan risiko langsung pada keselamatan.
1. Keselamatan
Listrik
Potensi bahaya listrik
meliputi bahaya kejut listrik, panas yang ditimbulkan oleh energi listrik,
medan listrik.
2. Kebakaran
Kebakaran dapat dilakukan
dengan:
·
Pengendalian
setiap bentuk energi
·
Penyediaan
sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
·
Pengendalian
penyebaran asap. Dll
·
Penyelenggaraan
latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
3. Keselamatan
kerja pada pesawat /peralatan/permesinan produksi
Peralatan seperti palu,
gergaji tangan, obeng dll merupakan peralatan yang memiliki potensi bahaya
apabila pemakaiannya tidak sesuai dengan prosedurnya.
4. Pemeliharaan
tempat kerja
Tempat kerja yang baik
harus terpelihara dan bebas dari kotoran, debu, dan asap akan meningkatkan
kualitas, produktifits, mengurangi risiko kesalahan mesin dan kebakaran serta
membuat tempat kerja lebih aman dan sehat.
C.
Kategori
C
Adalah risiko yang
disebabkan karenan diabaikannya fasilitas ditempat kerja yang mamadai seperti
air minum yang bersih, toilet, sabun dan air untuk mencuci dan tempat untuk
makan dan istirahat.
1.
Air
Minum
Air minum sangat penting
bagi tubuh. Ketika tubuh kekurangan air minum dapat menyebabkan dehidrasi bagi
tubuh yang mampu mengakibatkan pingsan, lelah, keram, dan gangguan kesehatan
jangka panjang
2.
Toilet
dan fasilitas mencuci
3.
Ruang
makan atau kantin
4.
Pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K dan pelayanan kesehatan ditempat kerja)
5. Fasilitas
tambahan untuk kesehatan tenaga kerja seperti pakaian kerja, fasilitas rekreasi
dan ruang istirahat, dan transportasi dari dan ke tempat kerja.
D.
Kategori
D
Adalah risiko dan
bahaya yang mengancam keselamatan fisik dan termasuk melindungi kesejahteraan
diri, martabat dan mental pekerja
Hal-Hal
Yang Berkaitan Dengan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran
1. Konstruksi
Gedung
Hal yang harus diperhatikan
saat membuat konstruksi gedung yakni:
a.
Desain
arsitektur yang memperhatikan aspek K3
b.
Menggunakan
material-material yang aman bagi pekerja
c.
Dekorasi
disesuaikan dengan asas tujuannya, misal menyesuaikan warna sesuai kebutuhan
d.
Tanda
khusus dengan pewarn akontras atau kode khusus.
2. Jaringan
Listrik dan Komunikasi
Hal yang harus diperhatikan
untuk Jaringan Listrik dan Komunikasi:
a.
Penggunaan
central Stabilizer untuk menghindari over/under voltage
b.
Penggunaan
stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan
c.
Penggunaan
tata letak jaringan instalasi listrik sesuai dengan syarat K3
d.
Perlindungan
terhadap kbel dengan menggunakan pipa pelindung
3. Kualitas
cahaya
Hal yang harus diperhatikan
untuk Kualitas cahaya
a.
Menggunakan
sistem pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
b.
Membantu
penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi, dll
c.
Mengembangkan
lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi cahaya, agar mata
tidak cepat lelah
d.
Perecanaan
jendela sehubungan dengan pencahayaan pencahayaan dalam ruang
e.
Penggunaan
tirai untuk pencahayaan cahaya dengan memperhatikan warna yang digunakan
f.
Penggunaan
emergency lamp disetiap tangga
4. Kebisingan
Hal yang harus diperhatikan
untuk Kebisingan
a.
Ruang
rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara
b.
Didepan
pintu ruang rapat diberi tanda “harap tenang, ada rapat”
c.
Dinding
isolator khusus untuk ruang genset
d.
Hal-hal
lainnya sudah termasuk untuk perencanaan konstruksi gedung dan tata ruang
5. Tata
ruang dan alat
Hal yang harus diperhatikan
untuk Tata ruang dan alat
a.
Konsep
desain dan tata letak furniture dengan memberi ruang bagi 1 orang pekerja
seluas 2m2
b.
Rasio
ruang pekerja dengan alat kerja mulai dari tahap perencanaan
c.
Menyediakan
tempat solat dan istirahat
d.
Melengkapi
pantry dengan lemari dapur
e.
Menyediaka
ruang penampungan arsip sementara.
6. Kualitas
udara
Hal yang harus diperhatikan
untuk kualitas udara
a.
Mengontrol
tempertaur ruangan dengan memasang termometer ruangan
b.
Mengontrol
polusi
c.
Memasang
exhaust fan
d.
Memasang
stiker, poster “dilarang merokok”
e.
Memperhatikan
sistem ventilasi
f.
Merencanakan
pembuatan jendela
g.
Memasang
fan didalam lift.
7. Higienitas
dan sanitasi
a.
Ruang
kerja harus senantiasa bersih
b.
Tolilet
harus sesuai dengan standar perlengkapan yang ada
c.
Kantin
harus sesuai dengan standar
8.
Psikososial
Hal yang harus diperhatikan
yang berhubungan dengan psikososial
a.
Menyediaka
petugas keamanan disetiap lantai
b.
Melakukan
reporting system ke satuan pengamanan
c.
Menggalakan
olahraga setiap jumat
d.
Olahraga
ditempat kerja, sebelum memulai kerja
e.
Penegakan
disiplin disetiap kerja
f.
Pe,binaan
mental dan spiritual secara berkala minimal sebulan sekali
9.
Pemeliharaan
Cara melakukan
pemeliharaan yaitu:
a.
Melakukan
survei setiap bulan atau triwulan atau semester
b.
Melakukan
perbaikan apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan
c.
Pelatihan
tanggap darurat sesuai periodik bagi karyawan
d.
Pelatihan
investigasi terhadap komunikasi bahaya bom, kebakaran, bencana alam, serta
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.
10.
K3
perkantoran penggunaan komputer
Harus memperhatikan
beberapa aspek berikut ini:
a.
Mengistirahatkan
tubuh
b.
Mengistirahatkan
mata
c.
Memanfaatkan
kesepuluh jari
d.
Menggunakan
komputer secara bijak
e.
Senam
waktu istirahat
f.
Kursi
yang ergonomis
g.
Melakukan
penerngan
h. memperhatikan sudut lampu
ERGONOMI KANTOR
1. Pengertian
Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Dengan adaanya penerapan sistem ergonomi dalam bekerja
tersebut diharapkan para pekerjaan merasa aman dan nyaman sehingga tidak mudah
membuat kesalahan dalam melakukan pekerjaannya
2. Penerapan
Ergonomi Pada Tata Letak Fasilitas Kantor
Penerapan ergonomi
adalah menerapkan atau mengaplikasikan sistem ergonomi (perilaku kerja
manusiayang benar) dilingkungan kerja. Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa
aspek dalam bekerja, antara lain dimulai posisi kerja, proses kerja, tata letak
tempat kerja dan cara pengangkatan beban.
a. Posisi kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi
berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengamn berat tubuh dan
posisi stabil selama bekerj. Sedngkan posisi berdiri dimana posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b. Proses kerja, para pekerja dapat menjangkau peralatan
kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran kerjanya.
c. Tata letak tempat kerja, display harus jelas terlihat
pada waktu melakukan aktivitas kerja.
d. Mengangkat beban.
3. Penerapan
Ergonomi Pada Tata Letak Fasilitas
Tata letak fasilitas
dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur fisik yang diatur
mengikuti aturan atau logika tertentu guna menunjang kelancaran kerja. Tata
letak fasilitas ini merupakan bagian dari perancangan fasilitas yang lebih
fokus pada pengaturan unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat
berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Aturan atau logika
pengaturan dapat berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak.
Aturan atau logika
pengaturan yang dimaksud yaitu dengan penerapan sistem ergonomi. Penerapan
sistem ergonomi ini penting diterapkan karena ditujukan untuk lebih
memanfaatkan area yang ada, mempermudah segala aktivitas disekitarnya, serta
memberikan jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja, yang
kemudian akan mempengaruhi hasil dari kinerja pekerja tersebut.
Maka tak heran bila disetiap perusahaan atau pabrik,
merencanakan tata letak fasilitas bagi para pekerjanya. Namun tentu saja
perencanaan desain tata letak ini harus mempertimbangkan beberapa hal untuk
dapat mencapai:
·
Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih
tinggi.
·
Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
·
Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi
lingkungan kerja yang lebih aman.
·
Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
·
Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang
ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu diubah).
Semakin lama, desain
tata letak perlu dipandang sebagai sesuatu yang dinamis. Hal ini berarti tata
letak haruslah mempertimbangakan peralatan yang kecil, mudah dipindahkan, dan
fleksibel. Misalnya mengenai penempatan mesin pada tempat yang terbaik (dalam
pengaturan produksi), kantor dan meja-meja (pada pengaturan kantor) atau pusat
pelayanan, yaitu meja-meja atau rak-rak (dalam pengaturan rumah sakit atau
department store) dan lainnya. Rak pajangan di toko harus dapat dipindahkan,
meja kantor dan partisi yang modular, dan rak di gudang dibuat di pabrik
(tinggal pasang). Agar dapat mengatasi perubahan model produk secara cepat dan
mudah, dan masih dalam tingkat produksi yang memadai, manajer operasi harus
memberikan fleksibilitas dalam desain tata letak. Untuk mendapatkan
fleksibilitas dalam tata letak, para manajer melatih pekerja mereka untuk bisa
merawat peralatan, menjaga investasi tetap rendah, menempatkan sel kerja secara
berdekatan, dan menggunakan peralatan yang kecil dan mudah dipindahkan.
Sebuah tata letak yang
efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi di dalam dan
antar-wilayah. Untuk mencapai tujuan ini, beragam pendekatan telah
dikembangkan. Di antara pendekatan tersebut, akan dibahas enam pendekatan tata
letak:
· Tata letak dengan posisi tetap – memenuhi persyaratan
tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat seperti proses pembuatan
kapal laut dan gedung.
· Tata letak yang berorientasi pada proses – berhubungan
dengan produksi dengan volume rendah, dan bervariasi tinggi (juga disebut
sebagai “job shop”, atau produksi terputus).
· Tata letak kantor – menempatkan para pekerja,
peralatan mereka, dan ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi.
·
Tata letak ritel – menempatkan rak-rak dan memberikan
tanggapan atas perilaku pelanggan.
· Tata letak gudang – melihat kelebihan dan kekurangan
antara ruangan dan sistem penanganan bahan.
·
Tata letak yang berorientasi pada produk – mencari
utilisasi karyawan dan mesin yang paling baik dalam produksi yang kontinu atau
berulang.
Oleh karena hanya
beberapa dari keenam golongan ini yang dapat dimodelkan secara matematis, tata
letak dan desain dari fasilitas fisik masih merupakan sebuah seni. Walaupun
demikian, telah diketahui bahwa sebuah tata letak yang baik perlu menetapkan
beberapa hal berikut:
· Peralatan penanganan bahan. Manajer harus memutuskan
peralatan yang akan digunakan para pekerjanya.
· Kapasitas dan persyaratan luas ruang. Desain tata
letak dan penyediaan ruangan hanya dapat dilakukan saat persyaratan jumlah
pekerja, mesin dan peralatan diketahui. Manajemen juga harus mempertimbangkan
kelonggaran yang diisyaratkan sebagai keamanan yang mengatasi beberapa masalah.
· Lingkungan hidup dan estetika. Pemikiran mengenai tata
letak sering membutuhkan keputusan mengenai jendela, tanaman, dan tinggi
partisi untuk memfasilitasi aliran udara, mengurangi kebisingan, menyediakan
keleluasaan pribadi, dan sebagainya.
· Aliran informasi. Komunikasi sangat penting bagi
setiap perusahaan dan harus dapat difasilitasi oleh tata letak. Permasalahan
ini mungkin membutuhkan keputusan tentang jarak, juga keputusan akankan dibuat
kantor pada ruangan terbuka menggunakan pembatas setengah badan atau kantor
yang memberi keleluasaan pribadi.
4. Akibat
Tidak Menerapkan Sistem Ergonomi Pada Tata Letak Fasilitas
Penerapan ergonomi
pada tata letak fasilitas tentu akan menimbulkan beberapa manfaat yang
menunjang kepentingan pekerja maupun perusahaan atau pabrik tempat kerjanya.
Begitu pula sebaliknya, sistem ergonomi yang tidak diterapkan akan menimbulkan
beberapa akibat negatif, yang kemudian dapat menimbulkan penurunan
produktivitas kerja. Akibat yang dimaksud yaitu seperti :
a.
Kejenuhan Pada Pekerja
karena kondisi ruang yang sama. Dimana seluruh
fasilitasnya, seperti komputer, meja, lemari, atau Kejenuhan termasuk kelelahan
secara psikis. Kejenuhan pada pekerja ini dapat muncul lainnya berada diposisi
yang sama. Hal ini akan memberikan kebosanan/kejenuhan tersendiri bagi pekerja
yang berada diruangan tersebut. Padahal agar sel-sel otak bisa bekerja dengan
giat, kita membutuhkan ruang kerja yang nyaman, memiliki privasi, sekaligus
inspiratif.
b.
Kelelahan
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya
pasti terjadi
kelelahan, apa lagi didukung tata letak fasilitas kerja yang tidak
menerapkan sistem ergonomi. Kelelahan yang dimaksud disini adalah kelelahan
dari segi fisik.
c. Timbul
Penyakit Akibat Kerja
Para pekerja yang sudah merasakan kelelahan, namun
tidak melakukan upaya untuk kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahannya itu,
maka sudah dipastikan penyakit akibat kerjapun akan muncul. Contohnya seperti
para pekerja yang terus-terusan berada di depan komputer, maka tidak menutup
kemungkinan penglihatannya akan terganggu.
d.
Kematian
Kematian merupakan dampak yang paling fatal, hal ini tentu
bisa terjadi hanya karena tata letak yang salah di lingkungan kerja. Misalnya
bila tata letak mesin pengepres tidak sesuai prosedur dan kaidah ergonomi, maka
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa.
Posting Komentar
Posting Komentar