1.
Pajak penghasilan berdasarkan PP No.
46 Tahun 2013
Berdasarkan Peraturan Diatas, wajib pajak
badan yang menerima penghasilan dari usaha tidak melebihi RP 4.800.000.000
dalam satu tahun pajak dikenai PPh Final 1% dan mulai berlaku 1 Juli 2013 sampai
31 juli 2018.
Contoh kasus:
CV karya jaya telah terdaftar sebagai WP
badan pada KPP Pratama semarang barat. CV karya jaya bergerak dalam bidang
usaha perdagangan alat tulis kantor. Data wajib pajak selengkapnya adalah
sebagai berikut:
a.
Data WP
Nama WP :
CV karya jaya
NPWP :
02.385.654.3-508.000
Jenis usaha : perdagangan ATK
Alamat :
semarang
Klasisfikasi badan: CV
CV karya jaya memiliki peredaran bruto pada tahun 2019 sebesar RP
4.428.528.000
Masa pajak |
Peredaran bruto |
PPH final 1 % |
Januari |
RP 417.600.000 |
RP 41.760.000 |
Februari |
RP 422.520.000 |
RP 42.252.000 |
Maret |
RP 269.400.000 |
RP 26.940.000 |
April |
RP 436.600.000 |
RP 43.660.000 |
Mei |
RP 290.628.000 |
RP 29.062.800 |
Juni |
RP 379.800.000 |
RP 37.980.000 |
Juli |
RP 423.000.000 |
RP 42.300.000 |
Agustus |
RP 414.200.000 |
RP 41.420.000 |
September |
RP 322.620.000 |
RP 32.262.000 |
Oktober |
RP 369.240.000 |
RP 36.924.000 |
November |
RP 332.520.000 |
RP 33.252.000 |
Desember |
RP 350.400.000 |
RP 35.040.000 |
Jumlah |
RP 4. 428.528.000 |
RP 442.852.800 |
2.
Pajak penghasilan berdasarkan PP No. 23
tahun 2018
Peraturan ini berlaku sejak 1 agustus 2018. Konsekuensi memilih perhitungan pajak
menggunakan tarif ini adalah perusahaan harus membayar pajak 0,5% dari
peredaran bruto. Ketentuannya:
Contoh kasus:
Pajak
Penghasilan yang harus disetor CV.Manis Makmur untuk Tahun Pajak 2019 sebagai
berikut :
Bulan |
Peredaran Bruto |
PPh Final PP 23 (0,5%) |
Januari |
435.652.000 |
2.178.260 |
Pebruari |
468.560.000 |
2.342.800 |
Maret |
449.870.000 |
2.249.350 |
April |
435.800.000 |
2.179.000 |
Mei |
475.600.000 |
2.378.000 |
Juni |
468.750.000 |
2.343.750 |
Juli |
495.000.000 |
2.475.000 |
Agustus |
436.520.000 |
2.182.600 |
September |
435.200.000 |
2.176.000 |
Oktober |
463.500.000 |
2.317.500 |
Nopember |
412.560.000 |
2.062.800 |
Desember |
478.520.000 |
3.392.600 |
Jumlah |
5.455.532.000 |
27.277.660 |
3.
Pajak penghasilan berdasarkan UU No. 36
Tahun 2008
a.
Peredaran bruto kurang dari Rp 4.800.000.000
Perhitungan Pajak penghasilan
berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008:
PPh = (50%x25%) x penghasilan kena pajak
b.
Peredaran bruto dari Rp 4.800.000.000 sampai
dengan 50.000.000.000
Contoh kasus:
CV.Manis Makmur
adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang Penjualan Alat dan
Mesin Pertanian.
Peredaran Bruto
CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp 4.750.000.000,00 .
Peredaran Bruto
CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2019 sebesar Rp 5.455.532.000,00 dengan
perincian sebagai berikut :
1.
Penjualan Kotor
bulan Januari 2019 adalah sebesar 435.652.000.
2.
Penjualan Kotor
bulan Pebruari 2019 adalah sebesar 468.560.000.
3.
Penjualan Kotor
bulan Maret 2019 adalah sebesar 449.870.000.
4.
Penjualan Kotor
bulan April 2019 adalah sebesar 435.800.000.
5.
Penjualan Kotor
bulan Mei 2019 adalah sebesar 475.600.000.
6.
Penjualan Kotor
bulan Juni 2019 adalah sebesar 468.750.000.
7.
Penjualan Kotor
bulan Juli 2019 adalah sebesar 495.000.000.
8.
Penjualan Kotor
bulan Agustus 2019 adalah sebesar 436.520.000.
9.
Penjualan Kotor
bulan September 2019 adalah sebesar 435.200.000.
10.
Penjualan Kotor
bulan Oktober 2019 adalah sebesar 463.500.000.
11.
Penjualan Kotor
bulan Nopember 2019 adalah sebesar 412.560.000.
12.
Penjualan Kotor
bulan Desember 2019 adalah sebesar 478.520.000.
Penghitungan
Pajak Penghasilan terutang :
1.
Karena
Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp
4.750.000.000.000,00 atau tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan
PPh Badan untuk tahun pajak 2019 adalah berdasarkan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu .
2.
Meskipun
Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2019 sebesar Rp
5.455.532.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan tetapi Perhitungan PPh
Badan dihitung dengan cara Peredaran Usaha Bruto setiap bulan dikenai tarif
sebesar 0,5 % (setengah persen). Hal ini terjadi karena Peredaran Bruto pada
Tahun Pajak sebelumnya (Tahun 2018) tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 atau
hanya sebesar Rp 4.750.000.000,00 .
Sehingga Pajak
Penghasilan yang harus disetor CV.Manis Makmur untuk Tahun Pajak 2019 sebagai
berikut :
Bulan |
Peredaran Bruto |
PPh Final PP 23 |
Januari |
435.652.000 |
2.178.260 |
Pebruari |
468.560.000 |
2.342.800 |
Maret |
449.870.000 |
2.249.350 |
April |
435.800.000 |
2.179.000 |
Mei |
475.600.000 |
2.378.000 |
Juni |
468.750.000 |
2.343.750 |
Juli |
495.000.000 |
2.475.000 |
Agustus |
436.520.000 |
2.182.600 |
September |
435.200.000 |
2.176.000 |
Oktober |
463.500.000 |
2.317.500 |
Nopember |
412.560.000 |
2.062.800 |
Desember |
478.520.000 |
3.392.600 |
Jumlah |
5.455.532.000 |
27.277.660 |
PPh Pasal 4
ayat 2 (berdasarkan PP 23 Tahun 2018) disetorkan setiap bulan paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak 411128-420.
Cara dan Contoh
Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Diatas Rp.4.800.000.000,00
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2019 apabila Peredaran
Bruto PadaTahun Pajak 2018 jumlahnya lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 :
PT Asia Baja
Perkasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang Penjualan
Besi dan Baja.
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp
6.245.753.000,00 .
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2019 sebesar Rp
7.256.458.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1.
Karena
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp
6.245.753.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh
Badan adalah berdasarkan Pasal 17dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan.
2.
Karena
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2019 sebesar Rp
7.256.458.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan
dihitung dengan cara Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan
dengan mendapatkan fasilitas pengurangan 50 % dan yang tidak mendapatkan
pengurangan 50 % yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp.765.459.000,00
Perhitungan
Penghasilan Kena Pajak :
Penghasilan
Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
4.800.000.000 x 765.459.000 = 506.335.625
7.256.458.000
Penghasilan
Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :
765.459.000 -
506.335.625 = 259.123.375
Pajak
Penghasilan yang terutang :
Pajak
Penghasilan yang mendapat fasilitas :
25 % x 50 % x
506.335.625 = 63.291.875
Pajak
Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :
25% x
259.123.375 = 64.780.750.
Total PPh Badan
Terutang :
63.291.875 +
64.780.750 = 128.072.625
Catatan :
Untuk
perhitungan Pajak Penghasilan Badan Penghasilan Kena Pajak dibulatkan dalam
ribuan kebawah.
SURAT SETORAN PAJAK (SSP)
Adalah surat yang digunakan oleh
wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke
kas negara melalui kantor pos atau bank BUMN/BUMD atau tempat pembayaran lain
yang ditunjuk oleh menteri keuangan.
1. Jenis surat setoran pajak
a. Surat setoran pajak standar, adalah
surat yang digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kantor penerima pembayaran dan digunakan sebagai bukti pembayaran
b. Surat setoran pajak khusus, adalah
bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke kantor penerima pembayaran
yang dicetak oleh kantor penerima pembayaran dengan menggunakna mesin transaksi
atau alat lain sesuai peraturan Dirgen pajak
2. Petunjuk pengisian SSP
a. Mengisis kolom NPWP, nama dana
alamat WP
b. Mengisis kode akun pajak dan kode
jenis setoran pajak
c. Mengisi kolom uraian pembayaran
d. Mengisi masa pajak
e. Mengisi tahun pajak
f.
Mengisi
nomer keterangan
g. Mengisis kolom jumlah pajak
h. Mengisis tanggal pembayaran pajak
dan diberi cap/tanda tangan dirgen pajak
i.
Mengisi
kota tempat pembayaran pajak
contoh SSP
LAMPIRAN
SPT PPH BADAN
A. Lampiran khusus 8A
1. Lampiran 8A-1 untuk perusahaan
manufactur
Elemen laporan keuangan (neraca)
pada lampiran 8A-1 yaitu:
No |
Uraian |
Uraian |
1 |
Kas Dan
Setara Kas |
Utang
Usaha Pihak Ketiga |
2 |
Investasi
Sementara |
Utang
Usaha Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa |
3 |
Piutang
Usaha Pihak Ketiga |
Utang Bunga |
4 |
Piutang
Usaha Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa |
Utang
Pajak |
5 |
Piutang
Lain-Lain Pihak Ketiga |
Utang
Dividen |
6 |
Piutang
Lain-Lain Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa |
Biaya
Yang Masih Harus Dibayar |
7 |
Penyeisihan
Piutang Ragu-Ragu |
Utang
Bank |
8 |
Persediaan |
Bagian
Utang Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo Dalam Tahun Berjalan |
9 |
Beban
Dibayar Dimuka |
Uang
Muka Pelanggan |
10 |
Uang
Muka Pembelian |
Kewajiban
Lancar Lainnya |
11 |
Aset
Lancar Lainnya |
Utang
Bank Jangka Panjang |
12 |
Piutang
Jangka Panjang |
Utang
Usaha Jangka Panjang Pihak Lain |
13 |
Tanah
Dan Bangunan |
Utang
Usaha Jangka Panjang Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa |
14 |
Aset
Tetap Lainnya |
Kewajiban
Pajak Tangguhan |
15 |
Dikurangi:
Akumulasi Penyeusutan |
Kewajiban
Tidak Lancar Lainnya |
16 |
Investasi
Pada Perusahaan Asosiasi |
Modal
Saham |
17 |
Investasi
Jangka Panjang Lainnya |
Agio
Saham (Tambahan Modal Disetor) |
18 |
Aset
Tidak Berwujud |
Laba
Ditahan Tahun-Tahun Sebelumnya |
19 |
Aset
Pajak Tangguhan |
Laba
Ditahan Tahun Ini |
20 |
Aset
Tidak Lancar Lainnya |
Ekuitas
Lain-Lain |
|
Jumlah Aset |
Jumlah
Kewajiban Dan Ekuitas |
Elemen laporan laba/rugi dari
lampiran 8A-1
No |
Uraian |
1 |
Penjualan
bersih |
2 |
Bahan baku yang digunakan |
3 |
Upah buruh langsung |
4 |
Biaya pabrikasi |
5 |
Jumlah
biaya produksi (2+3+4) |
6 |
Saldo barang dalam proses-awal |
7 |
Saldo barang dalam proses-ahir |
8 |
Harga
pokok produksi (5+6-7) |
9 |
Saldo barang jadi-awal |
10 |
Saldo barang jadi-akhir |
11 |
Harga
pokok penjualan (8+9-10) |
12 |
Laba
kotor (1-10) |
13 |
Beban
penjualan |
14 |
Beban
umum dan administrasi |
15 |
Laba
usaha (12-13-14) |
16 |
Penghasilan
(beban) lain |
17 |
Bagian
laba/rugi perusahaan asosiasi |
18 |
Laba/rugi
sebelum pajak penghasilan (15+16+17) |
19 |
Beban
(manfaat) pajak penghasilan |
20 |
Laba
(rugi) dari aktivitas normal (18-19) |
21 |
Pos
luar biasa |
22 |
Laba/rugi
sebelum hak minoritas (20+21) |
23 |
Hak
minoritas atas laba/rugi bersih anak perusahaan |
24 |
Laba
bersih (22-23) |
contoh format 8A-1
Posting Komentar
Posting Komentar